watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

PENGALAMAN DGN OM PERKASA

Aku Dina, cerita ini terjadi ketika aku baru masuk
SMU, saat itu umurku baru 16tahun. Aku tinggal
bersama dengan ke 2 ortu dan adikku di sebuah
apartment. Ortu membeli 2 apartmen yang
letaknya saling berhadapan di lantai yang sama.
Aku dan adikku tinggal di satu apartment dan
ortu di apartmen satunya lagi. Ayahku punya
seorang kakak angkat yang usianya gak jauh
diatas ayah. Hubungan keluargaku dengan om
itu cukup akrab. om sering berkunjung ke
apartmen baik untuk urusan pekerjaan maupun
hanya bersilaturahmi. Maklum om dah pisah dari
tante, yang telah menikah lagi dengan orang lain,
sedang om masih sendiri sejak perpisahannya
dengan tante. Om ku ganteng, walaupun
usianya sedikit diatas ayahku tapi malah kelihatan
lebih muda dari ayahku. Badannya tegap atletis,
mungkin karena dia masih rajin melakukan
fitness sekali semingu, jogging ampir tiap hari
dan juga renang seminggu sekali. Gak seperti
ayahku yang udah gendut dan keliatan tua,
maklum deh ayah sibuk dengan kerjaannya,
workaholik lah orang bilang, sehingga gak
sempet ngapa2in. waktu untuk keluarga paling
weekend, itupun sering dianggu karena ada
pekerjaan yang harus dilakukan ayah. Om sering
mengajak kami jalan2, kalo ayah kharus
melakukan pekerjaannya. Diam2 aku
mengagumi om, kelihatannya macho sekali deh.
Cerita ini terjadi ketika ortu dan adikku harus
keluar kota untuk menengok nenekku yang
sedang sakit. Aku tidak ikut karena hari ini om
akan datang untuk mengambil pesanannya yang
dititipkan lewat ayah. ayah berpesan untuk
menyampaikan pesanan itu kalo om datang ke
apartment. Katanya om akan datang sore sekitar
magrib. Aku senang juga karena bisa berduaan
aja ama om tanpa ada orang lain diapartment
yang mengganggu. Sorenya terdengar bel pintu
berbunyi. Om mengebel pintu apartmentku
karena ayah dah memberi tau kalo mereka
keluar kota, tapi pesanan om dititpkan pada aku.
Segera aku membuka pintu menyambut om.
“Hai cantik”, om selalu menyapa aku seperti itu.
Seneng aku dipuji cantik oleh om. “Kok seneng
banget kelihatannya”. “Iya om, seneng bisa
berduaan ama om”, jawabku terus terang. “Loh
kok seneng, kan dah sering jalan ma om”. “Iya
tapi kan ramean. duduk om. ini pesenan om
yang dititipkan ayah buat om”. Om duduk di
sofa. Memang apartment aku dan adikku
lumayan lengkap perabotannya walaupun serba
minimalis. Di ruang tamu yang merangkap
kamar makan ada seperangkat sofa, tv, audio
system, meja makan dan pantri kering. Dapur
diubah fungsi sebagai gudang karena makanan
disupply dari apartment ortu. “Om jalan yuk”,
kataku. “Mo kemana”, tanya om. “Ke mal yuk”.
“Mo nyari apa?” “Makan ama liat2 aja. di
apartment gak ada makanan. tadi mama pesen
supaya aku ngajak om nyari makan diluar aja”.
“Emangnya ortu kamu pulangnya kapan.
Adikmu mana?” “Adik ikut om, pulangnya besok
sore kali”. “Terus kamu takut sendirian, mau om
temenin”. Wah itu yang aku harapkan bisa
berduaan ama om sampe besok. “Bentar ya om,
aku tuker baju dulu”. Segera aku menghilang
kekamarku dan tukar pakean. Aku gak tau,
rupanya om ngintip ketika aku tuker pakean. Tapi
ya gak tejadi apa2. Kemudian segera aku keluar
apartment nersama om. Dengan manjanya aku
memeluk tangan om. Kami bermobil ke mal
yang deket dengan apartmentku. Sampe malem
aku bener2 have fun bersama om, kami cari
makan, dan setelah makan om ngajak aku
nonton film. Aku ya ok aja, didalem bioskop aku
memegangi tangan om terus, perhatianku gak
pada filmnya tapi pada sosok pria macho yang
duduk disebelah aku. “Tu orang pada ngeliatin
kita, mereka kira aku om senang yang lagi gaet
abg cantik”, kata om ketika keluar dari bioskop.
“Kamu manja amat sih”. “Biarin aja”, jawabku.
“Mo kemana lagi nih”. “Pulang yuk om”. “ayuk”.
Kami menuju ke tempat parkir dan langsung
kembali ke apartment. Segera mobil meluncur
kembali ke apartment, gak lama karena
apartment dekat dengan mal.
Sesampe di apartment aku segera tuker dengan
pakean rumah lagi. aku kalo dirumah memang
gak memakai bra. Aku hanya memakai tanktop
ketat sepinggang dan celana pendek yang juga
ketat. kedua pentilku tampak jelas sekali tercetak
di tanktopku. Si om terpana melihat lekak liku
bodiku yang memang mengundang selera lelaki
yang melihatnya. “Kamu beneran mo om
temenin”. “Kalo om gak keberatan”. “Tapi om
gak bawa baju ganti”. “Nanti aku ambilin celana
kolor dan baju kaos ayah”. Segera aku keluar
apartment, membuka apartment ortu dan
masuk ke kamar ortu untuk mengambil celana
kolor dan kaos oblong ayah. “Kegedean kali ya
om, ayah kan gendut”, kataku sembari
menyerahkan pakean itu ke om. “Gak apa, kan
cuma buat bobo”. Si om masuk ke kamarku,
ketika keluar kamar hanya memakai celana kolor
gombrang dan kaos yang rada kebesaran.
Kelihatannya dia tidak mengenakan CD karena
kontolnya kelihatan jelas tercetak di celana
gombrangnya, kayanya dah ngaceng deh.
Mungkin dia napsu ngeliat bodiku. Om duduk di
sofa nonton tv. Aku duduk disebelahnya. “Din
kamu seksi sekali. toket kamu besar juga ya,
pasti cowok kamu suka ya, suka diremes2 ya
Din ma cowok kamu”. “Ih om tau aja”. “Iya tau
lah Din, om kan juga lelaki. Lelaki mana yan gak
suka ngeremes toket montok seperti toketmu
itu”. “Om suka ngeremes juga ya, terus om
ngeremes siapa, kan gak ada tante”. Om cuma
tersenyum, “Kamu mau gak om remes”. “Ih om
genit ih”. “Kamu suka nonton film bokep ya Din”.
“Iya om ma cowok Dina”. “Dimana nontonnya?”
“Dirumah cowok Dina, dia kan sering sendirian
di rumahnya, ortunya sering pergi dua2nya,
katanya berbisnis”. Terus, diremes deh”. “Iya
om, abis nonton film gituan kan napsu juga”.
“Cuma diremes?” “he he”, aku hanya tertawa.
“Kamu dah sering maen ma cowok kamu ya
Din”. “Gak sering om, cuma ampir tiap malem
minggu”. “Itu mah sering”, kata om sambil
merangkul pundakku. Aku merinding ketika om
menarikku merapat kebadannya. Dia mencium
pipiku. “Om bawa film bokep, yang maen orang
indonesia ma bule. mo liat?’ “Mau om, biasanya
aku nonton kalo gak bule, ya cina apa jepun”. Si
om mengambil dvd dari tas yang dibawanya tdi
dan dipasangnya. Segera filmpun mulai.
Ceweknya orang sini, togepasar lah, jembutnya
juga lebat, sedang si bule krempeng, tapi
kontolnya gede en panjang banget. Biasalah
ritual film bokep saling isep sampe akhirnya si
bule naikin tu prempuan dan masuk deh.
serenade ah uh dimulai.
Si om rupanya sudah dibawah pengaruh napsu
berahinya. Dia menatapku dengan pandangan
yang seakan2 mau menelanjangiku. Segera dia
mencium bibirku, aku menyambutnya. Lidah
kami saling melilit dan kemudian dijulurkan
lidahnya kedalam mulutku. Segera kuemut
lidahnya, kemudian ganti aku yang menjulurkan
lidahku ke mulutnya. Diapun tidak menyia2kan
kesempatan untuk segera memerah kedua
toketku gantian. “Din, om dah lama pengen
ngeremes toket kamu”. Pentilku yang dah mulai
mengeras dipilin2 dari luar tanktopku. “Dilepas ya
Din tanktopnya”, katanya seraya menarik
tanktopku keatas. Dvd dimatikannya karena kami
sudah tidak lagi memperhatikan perilaku ke2
anak manusia yang berlainan jenis sedang
beraksi di film itu. Toketku sudah telanjang
dihadapannya. Dia segera meremas2 toketku.
“Baru 16 dah besar gini Din toket kamu, kenceng
lagi, om mau ngasi kenikmatan sama kamu,
mau kan”, katanya perlahan sambil mencium
toket ku yang montok. “. Aku diam saja, mataku
terpejam. Dia mengendus-endus kedua toketku
yang berbau harum sambil sesekali
mengecupkan bibir dan menjilatkan lidahnya.
pentil toket kananku dilahap ke dalam mulutnya.
Badanku sedikit tersentak ketika pentil itu digencet
perlahan dengan menggunakan lidah dan gigi
atasnya. “Om…”, rintihku, tindakannya
membangkitkan napsuku juga. Aku menjadi
sangat ingin merasakan kenikmatan dientot,
sehingga aku diam saja membiarkan dia
menjelajahi tubuhku. Disedot-sedotnya pentil
toketku secara berirama. Mula-mula lemah,
lama-lama agak diperkuat sedotannya.
Diperbesar daerah lahapan bibirnya. Kini pentil
dan toket sekitarnya yang berwarna kecoklatan
itu semua masuk ke dalam mulutnya. Kembali
disedotnya daerah tersebut dari lemah-lembut
menjadi agak kuat. Mimik wajahku tampak
sedikit berubah, seolah menahan suatu
kenikmatan. Kedua toketku yang harum itu
diciumi dan disedot-sedot secara berirama.
Dibenamkannya wajahnya di antara kedua belah
gumpalan dada ku. Perlahan-lahan dia bergerak
ke arah bawah. Digesek-gesekkan wajahnya di
lekukan tubuhku yang merupakan batas antara
gumpalan toket dan kulit perutku. Kiri dan kanan
diciumi dan dijilatinya secara bergantian.
Kecupan-kecupan bibir, jilatan-jilatan lidah, dan
endusan-endusan hidungnya pun beralih ke
perut dan pinggangku. Bibir dan lidahnya
menyusuri perut sekeliling pusarku yang putih
mulus. Wajahnya bergerak lebih ke bawah.
Dengan nafsu yang menggelora dia memeluk
pinggulku secara perlahan-lahan. Celana
pendekku ditariknya kebawah, aku mengangkat
pantatku supaya lebih mudah dia melepaskan
celanaku. Kecupannya pun berpindah ke CD tipis
yang membungkus pinggulku. Ditelusurinya
pertemuan antara kulit perut dan CD, ke arah
pangkal paha. Dijilatnya helaian-helaian rambut
jembutku yang keluar dari CDku. “Din, jembut
kamu lebat banget ya, pantes kamu napsunya
besar”. Lalu diendus dan dijilatnya CD pink itu di
bagian belahan bibir nonokku. Aku makin
terengah menahan napsuku, sesekali aku
melenguh menahan kenikmatan yang
kurasakan. Dia melepaskan semua yang nempel
dibadannya sehingga bertelanjang bulat. Aku
terkejut melihat kontolnya yang begitu besar dan
panjang dalam keadaan sangat tegang. Napsuku
bangkit juga melihat kontolnya, timbul hasratku
untuk merasakan bagaimana nikmatnya kalo
kontol besar itu menggesek keluar masuk
nonokku.
Dia bangkit. Dengan posisi berdiri di atas lutut
dikangkanginya tubuhku. kontolnya yang tegang
ditempelkan di kulit toketku. Kepala kontol
digesek-gesekkan di toketku yang montok itu.
Sambil mengocok batangnya dengan tangan
kanannya, kepala kontolnya terus digesekkan di
toketku, kiri dan kanan. Setelah sekitar dua menit
dia melakukan hal itu. Diraih kedua belah
gumpalan toketku yang montok itu. Dia berdiri di
atas lutut dengan mengangkangi pinggang
ramping ku dengan posisi badan sedikit
membungkuk. kontolnya dijepitnya dengan
kedua gumpalan toketku. Perlahan-lahan
digerakkannya maju-mundur kontolnya di
cekikan kedua toket ku. Di kala maju, kepala
kontolnya terlihat mencapai pangkal leherku
yang jenjang. Di kala mundur, kepala kontolnya
tersembunyi di jepitan toketku. Lama-lama gerak
maju-mundur kontolnya bertambah cepat, dan
kedua toketku ditekannya semakin keras dengan
telapak tangannya agar jepitan di kontolnya
semakin kuat. Dia pun merem melek menikmati
enaknya jepitan toketku. Akupun mendesah-
desah tertahan, “Ah… hhh… hhh… ah…”
kontolnya pun mulai melelehkan sedikit cairan.
Cairan tersebut membasahi belahan toketku.
Gerakan maju-mundur kontolnya di dadaku
yang diimbangi dengan tekanan-tekanan dan
remasan-remasan tangannya di kedua toketnya,
menyebabkan cairan itu menjadi teroles rata di
sepanjang belahan dadaku yang menjepit
kontolnya. Cairan tersebut menjadi pelumas
yang memperlancar maju-mundurnya
kontolnya di dalam jepitan toketku. Dengan
adanya sedikit cairan dari kontolnya tersebut dia
terlihat merasakan keenakan dan kehangatan
yang luar biasa pada gesekan-gesekan batang
dan kepala kontolnya dengan toketku. “Hih…
hhh…… Luar biasa enaknya…,” dia tak kuasa
menahan rasa enak yang tak terperi. Nafasku
menjadi tidak teratur. Desahan-desahan keluar
dari bibirku , yang kadang diseling desahan lewat
hidungku, “Ngh… ngh… hhh… heh… eh… ngh…”
Desahan-desahanku semakin membuat
nafsunya makin memuncak. Gesekan-gesekan
maju-mundurnya kontolnya di jepitan toketku
semakin cepat. kontolnya semakin tegang dan
keras. “Enak sekali, Din”, erangnya tak
tertahankan. Dia menggerakkan kontolnya maju-
mundur di jepitan toketku dengan semakin
cepat. Alis mataku bergerak naik turun seiring
dengan desah-desah perlahan bibirku akibat
tekanan-tekanan, remasan-remasan, dan
kocokan-kocokan di toketku. Ada sekitar lima
menit dia menikmati rasa keenakan luar biasa di
jepitan toketku itu.
Toket sebelah kanan dilepas dari telapak
tangannya. Tangan kanannya lalu membimbing
kontol dan menggesek-gesekkan kepala kontol
dengan gerakan memutar di kulit toketku yang
halus mulus. Sambil jari-jari tangan kirinya terus
meremas toket kiriku, kontolnya digerakkan
memutar-mutar menuju ke bawah. Ke arah
perut. Dan di sekitar pusarku, kepala kontolnya
digesekkan memutar di kulit perutku yang putih
mulus, sambil sesekali disodokkan perlahan di
lobang pusarku. Dicopotnya CD minimku.
Pinggulku yang melebar itu tidak berpenutup
lagi. Kulit perutku yang semula tertutup CD
tampak jelas sekali. Licin, putih, dan amat mulus.
Di bawah perutku, jembutku yang hitam lebat
menutupi daerah sekitar nonokku. Kedua paha
mulusku direnggangkannya lebih lebar. Kini
hutan lebat di bawah perutku terkuak,
mempertontonkan nonokku. Dia pun
mengambil posisi agar kontolnya dapat
mencapai nonokku dengan mudahnya. Dengan
tangan kanan memegang kontol, kepalanya
digesek-gesekkannya ke jembutku. Kepala
kontolnya bergerak menyusuri jembut menuju
ke nonokku. Digesek-gesekkan kepala kontol ke
sekeliling bibir nonokku. Terasa geli dan nikmat.
Kepala kontol digesekkan agak ke arah nonokku.
Dan menusuk sedikit ke dalam. Lama-lama
dinding mulut nonokku menjadi basah.
Digetarkan perlahan-lahan kontolnya sambil
terus memasuki nonokku.
Kini seluruh kepala kontolnya yang berhelm pink
tebenam dalam jepitan mulut nonokku. Kembali
dari mulutku keluar desisan kecil karena nikmat
tak terperi. Kontolnya semakin tegang.
Sementara dinding mulut nonokku terasa
semakin basah. Perlahan-lahan kontolnya
ditusukkan lebih ke dalam. Kini tinggal separuh
kontol yang tersisa di luar. Secara perlahan
dimasukkan kontolnya ke dalam nonokku.
Terbenam sudah seluruh kontolnya di dalam
nonokku. Sekujur kontol sekarang dijepit oleh
nonokku . Secara perlahan-lahan digerakkan
keluar-masuk kontolnya ke dalam nonokku.
Sewaktu keluar, yang tersisa di dalam nonokku
hanya kepalanya saja. Sewaktu masuk seluruh
kontol terbenam di dalam nonokku sampai batas
pangkalnya. Dia terus memasuk-keluarkan
kontolnya ke lobang nonokku. Alis mataku
terangkat naik setiap kali kontolnya menusuk
masuk nonokku secara perlahan. Bibir segarku
yang sensual sedikit terbuka, sedang gigiku
terkatup rapat. Dari mulut sexy ku keluar desis
kenikmatan, “Sssh…sssh… hhh… hhh… ssh…
sssh…” Dia terus mengocok perlahan-lahan
nonokku. Enam menit sudah hal itu
berlangsung. Kembali dikocoknya secara
perlahan nonokku sampai selama dua menit.
Kembali ditariknya kontolnya dari nonokku.
Namun tidak seluruhnya, kepala kontol masih
dibiarkannya tertanam dalam nonokku.
Sementara kontol dikocoknya dengan jari-jari
tangan kanannya dengan cepat
Rasa enak itu agaknya kurasakan pula. Aku
mendesah-desah akibat sentuhan-sentuhan
getar kepala kontolnya pada dinding mulut
nonokku, “Sssh… sssh… zzz…ah… ah… hhh…”
Tiga menit kemudian dimasukkannya lagi
seluruh kontolnya ke dalam nonokku. Dan
dikocoknya perlahan. Sampai kira-kira empat
menit. Lama-lama dia mempercepat gerakan
keluar-masuk kontolnya pada nonokku. Sambil
tertahan-tahan, dia mendesis-desis, “Din…
nonokmu luar biasa… nikmatnya…” Gerakan
keluar-masuk secara cepat itu berlangsung
sampai sekitar empat menit.
Tiba-tiba dicopotnya kontol dari nonokku. Segera
dia berdiri dengan lutut mengangkangi tubuhku
agar kontolnya mudah mencapai toketku.
Kembali diraihnya kedua belah toket montok ku
untuk menjepit kontolnya yang berdiri dengan
amat gagahnya. Agar kontolnya dapat terjepit
dengan enaknya, dia agak merundukkan
badannya. Kontol dikocoknya maju-mundur di
dalam jepitan toketku. Cairan nonokku yang
membasahi kontolnya kini merupakan pelumas
pada gesekan-gesekan kontolnya dan kulit
toketku. “Oh…hangatnya… Sssh… nikmatnya…
Tubuhmu luarrr biasa…”, dia merintih-rintih
keenakan. Aku juga mendesis-desis keenakan,
“Sssh.. sssh… sssh…” Gigiku tertutup rapat. Alis
mataku bergerak ke atas ke bawah. Dia
mempercepat maju-mundurnya kontolnya. Dia
memperkuat tekanan pada toketku agar
kontolnya terjepit lebih kuat. Karena basah oleh
cairan nonokku, kepala kontolnya tampak amat
mengkilat di saat melongok dari jepitan toketku.
Leher kontol yang berwarna coklat tua dan helm
kontol yang berwarna pink itu menari-nari di
jepitan toketku. Semakin dipercepat kocokan
kontolnya pada toketku. Tiga menit sudah
kocokan hebat kontolnya di toket montok ku
berlangsung. Dia makin cepat mengocokkan
kontol di kempitan toket indah ku. Akhirnya dia
tak kuasa lagi membendung jebolnya tanggul
pertahanannya. “Din..!” pekiknya dengan tidak
tertahankan. Matanya membeliak-beliak. Jebollah
pertahanannya. Kontolnya menyemburkan peju.
Crot! Crot! Crot! Crot!Pejunya menyemprot dengan derasnya. Sampai
empat kali. Kuat sekali semprotannya, sampai
menghantam rahangku. Peju tersebut berwarna
putih dan kelihatan sangat kental. Dari rahang
peju mengalir turun ke arah leherku. Peju yang
tersisa di dalam kontolnya pun menyusul keluar
dalam tiga semprotan. Cret! Cret! Cret! Kali ini
semprotannya lemah. Semprotan awal hanya
sampai pangkal leherku, sedang yang terakhir
hanya jatuh di atas belahan toketku. Dia
menikmati akhir-akhir kenikmatan. “Luar biasa…
Din, nikmat sekali tubuhmu…,” dia bergumam.
“Kok gak dikeluarin di dalem aja om”, kataku lirih.
“Gak apa kalo om ngecret didalem Din”,
jawabnya. “Gak apa om, biasanya cowokku juga
ngecret didalem kok om. Tapi belum dientot
juga aku ngerasa nikmat sekali om”, kataku lagi.
“Ini baru ronde pertama Din, mau lagi kan ronde
kedua”, katanya. “Mau om, tapi ngecretnya
didalem ya”, jawabku. “Kok tadi kamu diem aja
Din”, katanya lagi. “Bingung om, tapi nikmat”,
jawabku sambil tersenyum. “Engh…” aku
menggeliatkan badanku. Dia segera mengelap
kontol dengan tissue yang ada di atas meja, dan
mengelap peju yang berleleran di rahang, leher,
dan toketku. Ada yang tidak dapat dilap, yakni
cairan pejuh yang sudah terlajur jatuh di rambut
ku. “Mo kemana om”, tanyaku. “Mo ambil
minum dulu”, jawabnya. Dia kembali membawa
gelas berisi air putih, diberikannya kepada ku
yang langsung kutenggak sampe habis. Dia
kembali lagi untuk mengisi gelas dengan air.
Masih tidak puas dia memandangi toket indahku
yang terhampar di depan matanya. Dia
memandang ke arah pinggangku yang ramping
dan pinggulku yang melebar indah. Terus
tatapannya jatuh ke nonokku yang dikelilingi oleh
jembut hitam jang lebat. Aku ingin mengulangi
permainan tadi, digeluti, didekap kuat. Mengocok
nonokku dengan kontolnya dengan irama yang
menghentak-hentak kuat. Dan dia dapat
menyemprotkan pejunya di dalam nonokku
sambil merengkuh kuat-kuat tubuhnya saat aku
nyampe. Nafsuku terbakar. Aku diajaknya
kekamar. Aku berbaring diranjang dan dia
disebelahku.
“Din…,” desahnya penuh nafsu. Bibirnya pun
menggeluti bibirku. Bibir sensualku yang
menantang itu dilumat-lumat dengan ganasnya.
Sementara aku pun tidak mau kalah. Bibirku pun
menyerang bibirnya dengan dahsyatnya, seakan
tidak mau kedahuluan oleh lumatan bibirnya.
Kedua tangannyapun menyusup diantara
lenganku. Tubuhku sekarang berada dalam
dekapannya. Dia mempererat dekapannya,
sementara aku pun mempererat pelukanku pada
dirinya. Kehangatan tubuhnya terasa merembes
ke badanku, toketku yang membusung terasa
semakin menekan dadanya. Aku meremas-
remas kulit punggungnya. Aku mencopot
celananya dan merangkul punggungnya lagi. Dia
kembali mendekap erat tubuhku sambil melumat
kembali bibirku. Dia terus mendekap tubuhku
sambil saling melumat bibir. Sementara tangan
kami saling meremas-remas kulit punggung.
Kehangatan menyertai tubuh bagian depan kami
yang saling menempel. Kini kurasakan toketku
yang montok menekan ke dadanya. Dan ketika
saling sedikit bergeseran, pentilku seolah-olah
menggelitiki dadanya. Kontolnya terasa hangat
dan mengeras. Tangan kirinya pun turun ke arah
perbatasan pinggang ramping dan pinggul besar
ku, menekannya kuat-kuat dari belakang ke arah
perutnya. Kontolnya tergencet diantara perut
bawahku dan perut bawahnya. Sementara
bibirnya bergerak ke arah leherku, diciumi,
dihisap-hisap dengan hidungnya, dan dijilati
dengan lidahnya. “Ah… geli… geli…,” desahku
sambil menengadahkan kepala, agar seluruh
leher sampai daguku terbuka dengan luasnya.
Aku pun membusungkan dadaku dan
melenturkan pinggangku ke depan. Dengan
posisi begitu, walaupun wajahnya dalam
keadaan menggeluti leherku, tubuh kami dari
dada hingga bawah perut tetap dapat menyatu
dengan rapatnya. Tangan kanannya lalu
bergerak ke dadaku yang montok, dan
meremas-remas toketku dengan perasaan
gemas.
Setelah puas menggeluti leherku, wajahnya
turun ke arah belahan dadaku. Dia berdiri dengan
agak merunduk. Tangan kirinya pun menyusul
tangan kanan, yakni bergerak memegangi toket.
Digeluti belahan toketku, sementara kedua
tangannya meremas-remas kedua belah toketku
sambil menekan-nekankannya ke arah
wajahnya. Digesek-gesekkan memutar
wajahnya di belahan toketku. Bibirnya bergerak
ke atas bukit toket sebelah kiri. Diciuminya bukit
toketku, dan dimasukkan pentil toketku ke dalam
mulutnya. Kini dia menyedot-sedot pentil toket
kiriku. Di ainkan pentilku di dalam mulutnya
dengan lidah. Sedotan kadang diperbesar ke
puncak bukit toket di sekitar pentil yang
berwarna coklat. “Ah… ah… om…geli…,” aku
mendesis-desis sambil menggeliatkan tubuh ke
kiri-kanan. Dia memperkuat sedotannya.
Sementara tangannya meremas kuat toket
sebelah kanan. Kadang remasan diperkuat dn
diperkecil menuju puncak, dan diakhiri dengan
tekanan-tekanan kecil jari telunjuk dan ibu jarinya
pada pentilku. “Om… hhh… geli… geli… enak…
enak… ngilu…ngilu…” Dia semakin gemas.
Toketku dimainkan secara bergantian, antara
sebelah kiri dan sebelah kanan. Bukit toket
kadang disedot sebesar-besarnya dengan tenaga
isap sekuat-kuatnya, kadang yang disedot hanya
pentilku dan dicepit dengan gigi atas dan lidah.
Belahan lain kadang diremas dengan daerah
tangkap sebesar-besarnya dengan remasan
sekuat-kuatnya, kadang hanya dipijit-pijit dan
dipelintir-pelintir kecil pentil yang mencuat gagah
di puncaknya. “Ah…om… terus… hzzz…ngilu…
ngilu…” aku mendesis-desis keenakan. Mataku
kadang terbeliak-beliak. Geliatan tubuhku ke
kanan-kiri semakin sering frekuensinya.
Sampai akhirnya aku tidak kuat melayani
serangan-serangan awalnya. Jari-jari tangan
kananku yang mulus dan lembut menangkap
kontolnya yang sudah berdiri dengan gagahnya.
“Om.. kontolnya besar ya”, ucapku. Sambil
membiarkan mulut, wajah, dan tangannya terus
memainkan dan menggeluti kedua belah toketku,
jari-jari lentik tangan kananku meremas-remas
perlahan kontolnya secara berirama. Dia
merengkuh tubuhku dengan gemasnya.
Dikecupnya kembali daerah antara telinga dan
leherku. Kadang daun telinga sebelah bawahnya
dikulum dalam mulutnya dan dimainkan dengan
lidahnya. Kadang ciumannya berpindah ke
punggung leherku yang jenjang. Dijilati pangkal
helaian rambutku yang terjatuh di kulit leherku.
Sementara tangannya mendekap dadaku dengan
eratnya. Telapak dan jari-jari tangannya
meremas-remas kedua belah toketku.
Remasannya kadang sangat kuat, kadang
melemah. Sambil telunjuk dan ibu jari tangan
kanannya menggencet dan memelintir perlahan
pentil toket kiriku, sementara tangan kirinya
meremas kuat bukit toket kananku dan bibirnya
menyedot kulit mulus pangkal leherku yang
bebau harum, kontolnya digesek-gesekkan dan
ditekan-tekankan ke perutku. Aku pun
menggelinjang ke kiri-kanan. “Ah… om… ngilu…
terus om… terus… ah… geli… geli…terus… hhh…
enak… enaknya… enak…,” aku merintih-rintih
sambil terus berusaha menggeliat ke kiri-kanan
dengan berirama sejalan dengan permainan
tangannya di toketku. Akibatnya pinggulku
menggial ke kanan-kiri. “Din.. enak sekali Din…
sssh… luar biasa… enak sekali…,” diapun
mendesis-desis keenakan. “Om keenakan ya?
kontol om terasa besar dan keras sekali menekan
perut aku. Wow… kontol om terasa hangat di
kulit perut aku. Tangan om nakal sekali … ngilu,
…,” rintihku. “Jangan mainkan hanya pentilnya
saja… geli… remas seluruhnya saja…” aku
semakin menggelinjang-gelinjang dalam
dekapan eratnya. Aku sudah makin liar saja
desahannya, aku sangat menikmati gelutannya,
lupa bahwa dia ini om suamiku. “Om..
remasannya kuat sekali… Tangan om nakal
sekali..Sssh… sssh… ngilu… ngilu…Ak… kontol
om … besar sekali… kuat sekali…”
Aku menarik wajahnya mendekat ke wajahku.
Bibirku melumat bibirnya dengan ganasnya. Dia
pun tidak mau kalah. Dilumatnya bibirku dengan
penuh nafsu yang menggelora, sementara
tangannya mendekap tubuhku dengan kuatnya.
Kulit punggungku yang teraih oleh telapak
tangannya diremas-remas dengan gemasnya.
Kemudian dia menindihi tubuhku. Kontolnya
terjepit di antara pangkal pahaku dan perutnya
bagian bawah. Akhirnya dia tidak sabar lagi.
Bibirnya kini berpindah menciumi dagu dan
leherku, sementara tangannya membimbing
kontolnya untuk mencari nonokku. Diputar-
putarkan dulu kepala kontolnya di kelebatan
jembut disekitar bibir nonokku. Aku meraih
kontolnya yang sudah amat tegang. Pahaku
yang mulus itu terbuka agak lebar. “Om
kontolnya besar dan keras sekali” kataku sambil
mengarahkan kepala kontolnya ke nonokku.
Kepala kontolnya menyentuh bibir nonokku
yang sudah basah. Dengan perlahan-lahan dan
sambil digetarkan, kontol ditekankan masuk ke
kunonok. Kini seluruh kepala kontolnya pun
terbenam di dalam nonokku. Dia menghentikan
gerak masuk kontolnya. “Om… teruskan
masuk… Sssh… enak… jangan berhenti sampai
situ saja…,” aku protes atas tindakannya. Namun
dia tidak perduli. Dibiarkan kontolnya hanya
masuk ke nonokku hanya sebatas kepalanya
saja, namun kontolnya digetarkan dengan
amplituda kecil. Sementara bibir dan hidungnya
dengan ganasnya menggeluti leherku yang
jenjang, lengan tanganku yang harum dan
mulus, dan ketiakku yang bersih dari bulu. Aku
menggelinjang-gelinjang dengan tidak karuan.
“Sssh… sssh…enak… enak… geli..geli, om. Geli…
Terus masuk, om..” Bibirnya mengulum kulit
lengan tanganku dengan kuat-kuat. Sementara
tenaga dikonsentrasikan pada pinggulnya.
Dan…satu… dua… tiga! kontolnya ditusukkan
sedalam-dalamnya ke dalam nonokku dengan
sangat cepat dan kuat. Plak! Pangkal pahanya
beradu dengan pangkal pahaku yang sedang
dalam posisi agak membuka dengan kerasnya.
Sementara kontolnya bagaikan diplirid oleh bibir
nonokku yang sudah basah dengan kuatnya
sampai menimbulkan bunyi: srrrt! “Auwww!”
pekikku. Dia diam sesaat, membiarkan kontolnya
tertanam seluruhnya di dalam nonokku tanpa
bergerak sedikit pun. “Sakit om… ” kataku sambil
meremas punggungnya dengan keras. Dia pun
mulai menggerakkan kontolnya keluar-masuk
nonokku. Seluruh bagian kontolnya yang masuk
nonokku dipijit-pijit dinding lobang nonokku
dengan agak kuatnya. “Bagaimana Din, sakit?”
tanyaku. “Sekarang sudah enggak om…ssh…
enak sekali… enak sekali… kontol om besar dan
panjang sekali… sampai-sampai menyumpal
penuh seluruh penjuru nonok aku..,” jawabku.
Dia terus memompa nonokku dengan kontolnya
perlahan-lahan. Toketku yang menempel di
dadanya ikut terpilin-pilin oleh dadanya akibat
gerakan memompa tadi. Kedua pentilku yang
sudah mengeras seakan-akan mengkilik-kilik
dadanya. Kontolnya diiremas-remas dengan
berirama oleh otot-otot nonokku sejalan dengan
genjotannya tersebut. Sementara setiap kali
menusuk masuk kepala kontolnya menyentuh
suatu daging hangat di dalam nonokku.
Sentuhan tersebut serasa geli-geli nikmat.
Dia mengangkat kedua kakiku. Sambil menjaga
agar kontolnya tidak tercabut dari nonokku, dia
mengambil posisi agak jongkok. Betis kananku
ditumpangkan di atas bahunya, sementara betis
kiriku didekatkan ke wajahnya. Sambil terus
mengocok nonokku perlahan dengan kontolnya,
betis kiriku yang amat indah itu diciumi dan
dikecupi dengan gemasnya. Setelah puas
dengan betis kiri, ganti betis kanannya yang
diciumi dan digeluti, sementara betis kiriku
ditumpangkan ke atas bahunya. Begitu hal
tersebut dilakukan beberapa kali secara
bergantian, sambil mempertahankan gerakan
kontolnya maju-mundur perlahan di nonok ku.
Setelah puas dengan cara tersebut, dia
meletakkan kedua betisku di bahunya, sementara
kedua telapak tangannya meraup kedua belah
toketku. Masih dengan kocokan kontol perlahan
di nonokku, tangannya meremas-remas toket
montok ku. Kedua gumpalan daging kenyal itu
diremas kuat-kuat secara berirama. Kadang
kedua pentilku digencet dan dipelintir-pelintir
secara perlahan. Pentilku semakin mengeras,
dan bukit toketku semakin terasa kenyal di
telapak tangannya. Aku pun merintih-rintih
keenakan. Mataku merem-melek, dan alisku
mengimbanginya dengan sedikit gerakan tarikan
ke atas dan ke bawah. “Ah…om, geli… geli… …
Ngilu om, ngilu… Sssh… sssh… terus om,
terus…. kontol om membuat nonok aku merasa
enak sekali… Nanti jangan dingecretinkan di luar
nonok, ya om. Ngecret di dalam saja… ” Dia
mulai mempercepat gerakan masuk-keluar
kontolnya di nonokku. “Ah-ah-ah… bener, om.
Bener… yang cepat…Terus om, terus… ” Dia
bagaikan diberi spirit oleh rintihan-rintihanku.
Tenaganya menjadi berlipat ganda. Ditingkatkan
kecepatan keluar-masuk kontolnya di nonokku.
Terus dan terus. Seluruh bagian kontolnya
diremas-remas dengan cepatnya oleh nonokku.
Aku menjadi merem-melek. Begitu juga dirinya,
dia pun merem-melek dan mendesis-desis
karena merasa keenakan yang luar biasa. “Sssh…
sssh… Din… enak sekali… enak sekali nonokmu…
enak sekali nonokmu…” “Ya om, aku juga
merasa enak sekali… terusss…terus om,
terusss…” Dia meningkatkan lagi kecepatan
keluar-masuk kontolnya pada nonokku. “Om…
sssh… sssh… Terus… terus… aku hampir
nyampe…sedikit lagi… sama-sama ya om…,” aku
jadi mengoceh tanpa kendali. Dia mengayuh
terus. Sementara itu nonokku berdenyut dengan
hebatnya. “Om… Ah-ah-ah-ah-ah… Mau keluar
om… mau keluar..ah-ah-ah-ah-ah… sekarang ke-
ke-ke…” Tiba-tiba kontolnya dijepit oleh dinding
nonok ku dengan sangat kuatnya. Di dalam
nonokku, kontolnya disemprot oleh cairan yang
keluar dari nonokku dengan cukup derasnya.
Dan aku meremas lengan tangannya dengan
sangat kuatnya. Aku pun berteriak tanpa kendali:
“…keluarrr…!” Mataku membeliak-beliak. Sekejap
tubuh kurasakan mengejang. Dia pun
menghentikan genjotannya. Kontolnya yang
tegang luar biasa dibiarkan tertanam dalam
nonokku. Aku memejam beberapa saat dalam
menikmati puncak. Setelah sekitar satu menit
berlangsung, remasan tanganku pada lengannya
perlahan-lahan mengendur. Kelopak mataku pun
membuka, memandangi wajahnya. Sementara
jepitan dinding nonokku pada kontolnya
berangsur-angsur melemah, walaupun
kontolnya masih tegang dan keras. Kedua kakiku
lalu diletakkan kembali di atas ranjang dengan
posisi agak membuka. Dia kembali menindih
tubuh telanjangku dengan mempertahankan
agar kontolnya yang tertanam di dalam nonokku
tidak tercabut.
“Om… luar biasa… rasanya seperti ke langit ke
tujuh,” kataku dengan mimik wajah penuh
kepuasan. Kontolnya masih tegang di dalam
nonokku. Kontolnya masih besar dan keras. Dia
kembali mendekap tubuhku. Kontolnya mulai
bergerak keluar-masuk lagi di nonokku, namun
masih dengan gerakan perlahan. Dinding
nonokku secara berangsur-angsur terasa mulai
meremas-remas kontolnya. Namun sekarang
gerakan kontolnya lebih lancar dibandingkan
dengan tadi. Pasti karena adanya cairan yang
disemprotkan oleh nonokku beberapa saat yang
lalu. “Ahhh…om… langsung mulai lagi…
Sekarang giliran om.. semprotkan peju om di
nonok aku.. Sssh…,” aku mulai mendesis-desis
lagi. Bibirnya mulai memagut bibirku dan
melumat-lumatnya dengan gemasnya.
Sementara tangan kirinya ikut menyangga berat
badannya, tangan kanannya meremas-remas
toket ku serta memijit-mijit pentilnya, sesuai
dengan irama gerak maju-mundur kontolnya di
nonokku. “Sssh… sssh… sssh… enak om, enak…
Terus…teruss… terusss…,” desisku. Sambil
kembali melumat bibirku dengan kuatnya, dia
mempercepat genjotan kontolnya di nonokku.
Pengaruh adanya cairan di dalam nonokku,
keluar-masuknya kontol pun diiringi oleh suara,
“srrt-srret srrrt-srrret srrt-srret…” Aku tidak
henti-hentinya merintih kenikmatan, “Om… ah…
” Kontolnya semakin tegang. Dilepaskannya
tangan kanannya dari toketku. Kedua tangannya
kini dari ketiak ku menyusup ke bawah dan
memeluk punggungku. Akupun memeluk
punggungnya dan mengusap-usapnya. Dia pun
memulai serangan dahsyatnya. Keluar-
masuknya kontolnya ke dalam nonok ku
sekarang berlangsung dengan cepat dan
bertenaga. Setiap kali masuk, kontol
dihunjamkan keras-keras agar menusuk
nonokku sedalam-dalamnya. Kontolnya bagai
diremas dan dihentakkan kuat-kuat oleh dinding
nonokku. Sampai di langkah terdalam, aku
membeliak sambil mengeluarkan seruan
tertahan, “Ak!” Sementara daging pangkal
pahanya bagaikan menampar daging pangkal
pahaku sampai berbunyi: plak! Di saat bergerak
keluar nonokku, kontolnya dijaga agar kepalanya
tetap tertanam di nonokku. Remasan dinding
nonokku pada kontolnya pada gerak keluar ini
sedikit lebih lemah dibanding dengan gerak
masuknya. Bibir nonokku yang mengulum
kontolnya pun sedikit ikut tertarik keluar. Pada
gerak keluar ini akumendesah, “Hhh…” Dia terus
menggenjot nonokku dengan gerakan cepat dan
menghentak-hentak. Aku meremas
punggungnya kuat-kuat di saat kontol dihunjam
masuk sejauh-jauhnya ke nonokku. Beradunya
daging pangkal paha menimbulkan suara: Plak!
Plak! Plak! Plak! Pergeseran antara kontolnya dan
nonokku menimbulkan bunyi srottt-srrrt…
srottt-srrrt… srottt-srrrt… Kedua nada tersebut
diperdahsyat oleh pekikan-pekikan kecilku: “Ak!
Hhh… Ak! Hhh… Ak! Hhh…” “Din… Enak sekali
Din… nonokmu enak sekali… nonokmu hangat
sekali… jepitan nonokmu enak sekali…” “Om…
terus om…,” rintihku, “enak om… enaaak… Ak!
Hhh…” Diapun mengocokkan kontolnya ke
nonokku dengan semakin cepat dan kerasnya.
Setiap masuk ke dalam, kontolnya berusaha
menusuk lebih dalam lagi dan lebih cepat lagi
dibandingkan langkah masuk sebelumnya.
“Din… aku… aku…” Karena menahan rasa nikmat
yang luar biasa dia tidak mampu menyelesaikan
ucapannya yang memang sudah terbata-bata
itu. “Om, aku… mau nyampe lagi… Ak-ak-ak…
aku nyam…” Tiba-tiba kontolnya mengejang dan
berdenyut dengan amat dahsyatnya. Dia tidak
mampu lagi menahan lebih lama lagi. Namun
pada saat itu juga tiba-tiba dinding nonok ku
mencekik kuat sekali. Dengan cekikan yang kuat
dan enak sekali itu, dia tidak mampu lagi
menahan jebolnya bendungan pejunya. Pruttt!
Pruttt! Pruttt! Kepala kontolnya disemprot cairan
nonokku, bersamaan dengan pekikanku, “…
nyampee…!” Tubuhku mengejang dengan mata
membeliak-beliak. “Din…!” dia melenguh keras-
keras sambil merengkuh tubuhku sekuat-
kuatnya. Wajahnya dibenamkan kuat-kuat di
leherku yang jenjang. Pejunya pun tak
terbendung lagi. Crottt! Crottt! Crottt! Pejunya
menyembur dengan derasnya, menyemprot
dinding nonokku yang terdalam. Kontolnya yang
terbenam semua di dalam nonokku terasa
berdenyut-denyut.
Beberapa saat lamanya kami terdiam dalam
keadaan berpelukan erat sekali. Dia
menghabiskan sisa-sisa peju dalam kontolnya.
Cret! Cret! Cret! kontolnya menyemprotkan lagi
peju yang masih tersisa ke dalam nonokku. Kali
ini semprotannya lebih lemah. Perlahan-lahan
baik tubuhku maupun tubuhnya tidak
mengejang lagi. Dia menciumi leher mulusku
dengan lembutnya, sementara aku mengusap-
usap punggungnya dan mengelus-elus
rambutnya. Aku merasa puas sekali dientot om.
Ini baru awal permainan, karena si om akan
nemani aku sampe besok sore, bayangkan
berapa besarnya kenikmatan yang akan aku
peroleh dari kontol si Om.


Adult | GO HOME | Exit
1/4422
U-ON

inc Powered by Xtgem.com